Tampilkan postingan dengan label Hamil. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Hamil. Tampilkan semua postingan

Berencana Hamil di atas Usia 30? Pahami Dulu Sel Gamet Anda!

Melahirkan adalah salah satu momen terindah dalam hidup bagi seorang wanita. Proses kehamilan yang diawali dengan hubungan seksual antara sepasang suami istri, yang dengan luar biasanya menghasilkan sang buah hati, sebuah hasil dari cinta antara pasangan suami istri, yang tentunya akan menambah rasa sayang dan cinta pada suami/istri sehingga sang buah hati pun menerima cinta yang besar dari kedua orangtuannya.

Meski demikian, agar proses kehamilan ini sukses dan tidak rumit, status fisik dan psikologis setiap pasangan haruslah sehat dan baik. Agar prosesnya berlangsung kondusif, sangatlah penting untuk menjadi “Baby Smart” atau dengan kata lain cerdas merencanakan kehamilan.

Memiliki organ reproduksi yang sehat itu sangat vital bagi pasangan usia di atas 30 tahun seiring dengan turut menuanya sel telur dan sperma yang dapat mempengaruhi pembuahan dan  kesuburan serta dapat meningkatkan risiko penyakit cacat bawaan. Oleh karena itu, sangat penting untuk pasangan pada kelompok usia tersebut untuk memiliki pemikiran yang benar terkait kesehatan sel gamet mereka.

Kesehatan sel gamet

Pria dan wanita merupakan makhluk hidup paling kompleks penghasil sel gamet – yaitu benih kehidupan. Sel gamet adalah sel yang mengandung sebagian materi/sifat genetik yang akan diturunkan dari setiap orangtua, dan ini dikenal sebagai sperma untuk sel gamet pria dan sel telur untuk sel gamet wanita.

Penggabungan dari setengah bagian dari materi/sifat genetik itu, disebut kromosom, yang dikombinasikan untuk membentuk sel kromosom yang lengkap, yang mana unik untuk setiap keturunan. Sel gamet yang bersatu itu, dengan hasil cetak DNA yang unik pula, membentuk embrio, yang merupakan titik awal siklus kehidupan. Sperma dihasilkan secara terus menerus di dalam testis. Sementara, sel telur dihasilkan dengan jumlah yang terbatas.

Meski demikian, makanan yang kita konsumsi dan udara yang kita hirup dapat membawa kita pada efek yang merusak kualitas sel gamet. Kuantitas sperma, walaupun jumlahnya tak terbatas, akan dapat menurun kematangannya terutama pada pria lanjut usia. Malahan, pada  beberapa dekade belakangan ini, industrialisasi menunjukkan bahwa terdapat penurunan jumlah sel sperma dan kualitas pada rata-rata pria.

Sedangkan pada wanita, sel telur menjadi mudah untuk rusak karena terbatasnya jumlah dan perkembangannya hanya terjadi setelah puber dan adanya siklus menstruasi. Lapisan pada sel dan selaput membran yang melindungi sel gamet menjadi rentan untuk rusak akibat efek negatif yang ditimbulkan dari radikal bebas, bahan kimia, dan racun yang masuk ke dalam tubuh.

Untungnya, ada beberapa hal dapat dilakukan untuk melindungi kesehatan organ reproduksi. Berikut beberapa perubahan yang dapat meningkatkan kesehatan sel gamet :
 -   Jalani gaya hidup sehat, kurangi merokok dan konsumsi alkohol
-    Optimalkan program diet, seperti kurangi konsumsi lemah dan diet anti oksidan tinggi
-    Teratur berolahraga
-    Hindari lingkungan yang memiliki banyak toksin

Merancang si buah hati dimulai dari kesehatan sel gamet. Fokus pada hal ini dapat membantu meyakinkan pasangan muda untuk memiliki awal yang terbaik!

Dr Wei Siang Yu adalah seorang dokter medis terkemuka yang kerap muncul di Singapura karena upayanya dalam meningkatkan jumlah kelahiran di Singapura. Ia juga penemu medis dan saat ini memimpin program inovatif wisata medis, FlyFreeForHealth.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read Comments

Risiko Kehamilan di Atas Usia 35

Saat ini makin banyak wanita yang menunda kehamilannya hingga usia 30-an. Pada usia ini, biasanya secara finansial dan karir sudah mapan. Emosi calon ibu pun jauh lebih stabil. Meski begitu, hamil di atas usia 30 tahun punya risiko. Namun dengan memerhatikan kondsi fisik dan kesehatan, calon ibu bisa melahirkan bayi sehat di usia ini.

Bila Anda merencanakan kehamilan di atas usia 30 tahun, ada beberapa tantangan yang akan dihadapi.

- Kesuburan menurun
Secara alamiah setiap perempuan terlahir dengan jumlah sel telur terbatas. Begitu menginjak usia 30 tahun, kualitas dan kuantitas sel telur akan berkurang, meski Anda masih datang bulan secara teratur.

Sel telur wanita di akhir usia 30-an juga tak mudah dibuahi seperti halnya pada wanita yang lebih muda. Apakah ini berarti wanita di usia matang tak bisa hamil? Tentu saja bisa, namun butuh waktu yang lebih lama. Karena itu bisa usia Anda lebih dari 35 tahun dan belum berhasil hamil dalam waktu 6 bulan, segeralah berkonsultasi ke dokter kandungan.

- Kesempatan punya anak kembar
Kesempatan untuk memiliki anak kembar meningkat seiring dengan usia ibu. Terapi kesuburan atau program bayi tabung yang dilakukan calon ibu juga meningkatkan kemungkinan hamil bayi kembar.

- Berisiko diabetes gestational
Diabetes tipe ini biasanya hanya terjadi pada masa kehamilan dan sering diderita wanita berusia matang. Kontrol gula darah yang ketat lewat pola makan, olahraga, dan gaya hidup sehat lain sangat penting dilakukan. Diabetes gestasional yang tak dikendalikan bisa menyebabkan bayi lahir terlalu besar dan meningkatkan risiko dalam persalinan.

- Persalinan dilakukan dengan caesar
Sebagian besar persalinan pada calon ibu di usia rawan dilakukan lewat operasi caesar. Masalah-masalah dalam persalinan biasanya terjadi pada perempuan yang pertama kali melahirkan di usia 35 tahun.

- Kelainan kromosom
Kualitas kromosom perempuan di usia menjelang 40 tahun tidak sebaik di usia muda. Akibatnya risiko melahirkan anak dengan cacat fisik atau mental akan lebih besar.

- Risiko keguguran lebih besar
Risiko terjadinya keguguran pada ibu berusia matang juga lebih besar. Hal ini mungkin terjadi karena menurunnya kualitas kromosom ibu.

Usia calon ayah juga berpengaruh pada kesehatan bayi. Beberapa penelitian menyebutkan bayi yang lahir dari calon ayah berusia 40 tahunan memiliki risiko autisme lebih tinggi dibanding dengan anak dari pria yang berusia 30-an.

Pria yang berusia 50 tahunan juga cenderung memiliki bayi dengan berbagai cacat lahir karena mutasi dalam gen mereka. Bayi yang lahir juga cenderung memiliki kecerdasan yang lebih rendah. Studi terbaru menunjukkan bayi yang lahir dari ayah berusia tua memiliki skor yang lebih rendah dalam hal konsentrasi dan kemampuan logikal saat mereka duduk di sekolah dasar.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read Comments

Hamil di Usia Remaja Lebih Berisiko

Pernikahan di bawah umur serta hubungan seks pra nikah yang dilakukan oleh para remaja berkolerasi pada angka kehamilan yang tak diinginkan serta meningkatnya risiko kematian ibu melahirkan.

"Kehamilan di bawah usia 20 tahun sangat rentan komplikasi. Secara fisik organ-organ reproduksi mereka masih dalam proses maturasi, sedangkan secara emosional juga belum siap untuk menghadapi beban kehamilan selama sembilan bulan," kata dr.Boy Abidin, Sp.OG, dari RS.Mitra Keluarga Kelapa Gading, Jakarta.

Faktor risiko lain dari kehamilan di usia muda adalah preeklamsia (gejala hipertensi) yang merupakan penyebab kematian terbesar kedua pada kehamilan di dunia. Risiko lain yang juga berbahaya adalah risiko plasenta previa atau plasenta berada di bawah rahim.

"Normalnya plasenta tumbuh di bagian atas rahim namun karena kondisi rahimnya kondisinya kurang baik, maka plasenta mencari area yang banyak sirkulasi darah, yakni di bagian bawah rahim. Ini akan meningkatkan risiko bayi lahir prematur," tambah dr.Boy.

Seperti halnya wanita yang hamil di usia terlalu tua, menurut dr.Boy kehamilan yang terjadi di usia remaja juga termasuk dalam kelompok kehamilan berisiko. "Perlu penanganan dan pengawasan dari dokter untuk menghindari risiko komplikasi," katanya.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read Comments

Amankah Memakai Komputer Saat Hamil?

Pada bulan-bulan awal kehamilan, calon ibu sering dibayangi rasa takut akan kondisi dan kesehatan janinnya. Salah satu hal yang kerap membuat calon ibu khawatir adalah mengenai pengaruh radiasi komputer pada kehamilan.

Sebenarnya hingga saat ini belum ada penelitan yang membuktikan bahaya gelombang elektromagnetik yang dikeluarkan komputer pada kehamilan.

"Belum ada bukti yang menyatakan bekerja di depan komputer akan menyebabkan keguguran atau cacat pada janin," kata Lori Wolfe, konselor genetik dari Amerika Serikat.

Yang pasti, duduk terlalu lama di depan komputer bisa membuat pegal, apalagi untuk ibu hamil. Duduk terlalu lama bisa menghambat sirkulasi darah dan menyebabkan sakit punggung. Karena itu ibu hamil disarankan untuk melakukan peregangan ringan atau sesekali berjalan berkeliling untuk melancarkan peredaran darah.

Perhatikan juga postur tubuh saat duduk. Meski perut terus membusung, jangan menekuk pinggang ke belakang. Bila perlu Anda juga boleh melakukan pemijatan lembut di daerah terasa pegal untuk mengurangi rasa nyeri dan pegal.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read Comments